Rabu, 13 November 2013

paradigma sehat


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang
Sejalan dengan pemahaman dan pengetahuan kita, konsep sehat dalam upaya penanganan kesehatan penduduk sudah mengalami banyak perubahan. Banyak negara berkembang termasuk Indonesia, sampai saat ini melakukan penanganan kesehatan masih berupa program-program konvensional yang masih menekankan pada pengembangan rumah sakit-rumah sakit, penanganan penyakit secara individual, spesialis, terutama penanganan peristiwa sakit secara episodik.
Program kesehatan jangka panjang tidak menguntungkan karena akan berkumpul di tempat yang banyak uang yaitu kota-kota besar, dan dari segi ekonomi, upaya kesehatan yang berorientasi kuratif bersifat konsumtif serta  tidak produktif.
Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat :
a.       Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak efektif.
b.      Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehata dimasukkan unsur sehat produktif sosial ekonomis.
c.       Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik degenerative
d.      Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan penangan khusus
e.       Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk.

B.     Tujuan
Untuk mengetahui definisi “Paradigma Sehat Menurut BPJS”.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Definisi Paradigma
Paradigma adalah suatu cara pandang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memaknai, menyikapi, serta memilih tindakan atas fenomena yang ada. Paradigma merupakan suatu diagram atau kerangka berfikir yang menjelaskan suatu fenomena. Mengandung berbagai konsep yang terkait dengan fokus keilmuannya.
(Konsep Dasar Keperawatan. Oleh Ns. Asmadi, S.Kep )
Beberapa pengertian dari Paradigma :
1.      Paradigma adalah hubungan teori-teori yangmembentuk susunan yang mengukur teori itu berhubungan satu dengan yang lain sehingga menimbulkan hal-hal yang perlu diselidiki. ( Depkes RI, 1980 )
2.      Paradigma adalah pola pikir dalam memahami dan menjelaskan aspek tertentu dari setiap kenyataan. ( Fegurson )
3.      Menurut Thomas Kuhn (1979) paradigma sebagai model, pola atau pandangan dunia yang dilandasi pada dua karakteristik yaitu penampilan dari kelompok yang menunjukkan keberadaannya terhadap sesuatu yang diyakini dan terbuka untuk penyelesaian masalah dalam kelompoknya.
Berdasarkan pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Paradigma Kesehatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada dalam bidang kesehatan.

B.     Definisi Sehat
Menurut WHO (World Heath Organisatin) definisi sehat merupakan suatu keadaan kondisi fisik, mental dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan.
“ Health is a state of complete physical, mental, and social well – being and not merely the absence of diseases or infirmity “
Menurut WHO, ada tiga komponen penting yang merupakan satu kesatuan dalam definisi sehat yaitu:
1.      Sehat Jasmani
Sehat jasmani merupakan komponen penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot, tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
2.      Sehat Mental
Sehat Mental dan sehat jasmani selalu dihubungkan satu sama lain dalam pepatah kuno “Jiwa yang sehat terdapat di dalam tubuh yang sehat “(Men Sana In Corpore Sano)”.

Atribut seorang insan yang memiliki mental yang sehat adalah sebagai berikut:
a.       Selalu merasa puas dengan apa yang ada pada dirinya, tidak pernah menyesal dan kasihan terhadap dirinya, selalu gembira, santai dan menyenangkan serta tidak ada tanda-tanda konflik kejiwaan.
b.      Dapat bergaul dengan baik dan dapat menerima kritik serta tidak mudah tersinggung dan marah, selalu pengertian dan toleransi terhadap kebutuhan emosi orang lain.
c.       Dapat mengontrol diri dan tidak mudah emosi serta tidak mudah takut, cemburu, benci serta menghadapi dan dapat menyelesaikan masalah secara cerdik dan bijaksana.

3.      Kesejahteraan Sosial
Batasan kesejahteraan sosial yang ada di setiap tempat atau negara sulit diukur dan sangat tergantung pada kultur, kebudayaan dan tingkat kemakmuran masyarakat setempat. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.

4.      Sehat Spiritual
Spiritual merupakan komponen tambahan pada definisi sehat oleh WHO dan memiliki arti penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Setiap individu perlu mendapat pendidikan formal maupun informal, kesempatan untuk berlibur, mendengar alunan lagu dan musik, siraman rohani seperti ceramah agama dan lainnya agar terjadi keseimbangan jiwa yang dinamis dan tidak monoton.
Keempat komponen ini dikenal sebagai sehat positif atau disebut sebagai “Positive Health” karena lebih realistis dibandingkan dengan definisi WHO yang hanya bersifat idealistik semata-mata.

C.    Definisi BPJS
BPJS ( Badan Penyelenggara Jaminan Nasional ) adalah :
( menurut UU No. 40 Tahun 2004 ) tentang sistem jaminan sosial Nasional, Jaminan Sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak.

D.    Paradigma sehat dalam BPJS
Paradigma sehat menurut BPJS merupakan cara pandang, pola pikir, atau model pembangunan kesehatan yang bersifat holistik. Cara pandang ini menekankan pada melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor yang bersifat lintas sektor. Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan perlindungan kesehatan, bukan hanya panyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan. Dengan diterapkannya paradigma ini, diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga kesehatan mereka sendiri melalui kesadaran yang lebih tinggi pada pentingnya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

BAB III
PENUTUP
Paradigma sehat menurut BPJS adalah cara pandang, pola pikir, atau model pembanguan kesehatan yang memandang masalah kesehatan saling terkait dan mempengaruhi banyak faktor yang bersifat lintas sektoral dengan upaya yang lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan, serta perlindungan kesehatan, tidak hanya pada upaya penyembuhan penyakit atau pemulihan kesehatan.
Dasar Pemikiran Paradigma Hidup sehat adalah hak asasi manusia, artinya sehat merupakan sesuatu yang sangat esensial dalam diri manusia yang perlu dipertahankan dan dipelihara. Sehat merupakan suatu investasi untuk kehidupan yang produktif. Sehat bukanlah hal yang konsumtif, melainkan prasyarat agar hidup kita menjadi berarti, sejahtera dan bahagia.
Faktor yang mendorong perlu adanya paradigma sehat :
a.       Pelayanan kesehatan yang berfokus pada pelayanan orang sakit ternyata tidak efektif.
b.      Konsep sehat mengalami perubahan, dimana dalam arti sehata dimasukkan unsur sehat produktif sosial ekonomis.
c.       Adanya transisi epidemiologi dari penyakit infeksi ke penyakit kronik degenerative
d.      Adanya transisi demografi, meningkatnya Lansia yang memerlukan penangan khusus
e.       Makin jelasnya pemahaman tentang faktor yang mempengaruhi kesehatan penduduk

Cinta Terakhir~ GIGI


Tak semestinya ku merasa sepi
Kau dan aku di tempat berbeda
Seribu satu alasan
Melemahkan tubuh ini

Aku disini mengingat dirimu
Ku menangis tanpa air mata
Bagai bintang tak bersinar
Redup hati ini

Dan ku mengerti sekarang
Ternyata kita menyatu
Di dalam kasih yang suci
Ku akui kamu lah cintaku

Aku disini mengingat dirimu
Ku menangis tanpa air mata
Bagai bintang tak bersinar
Redup hati ini

Dan ku mengerti sekarang
Ternyata kita menyatu
Di dalam kasih yang suci
Ku akui kamu lah cinta terakhir

Dan ku mengerti sekarang
Ternyata kita menyatu
Di dalam kasih yang suci
Ku akui kamu lah cintaku
Ku akui kamu lah cintaku

Selasa, 13 Agustus 2013

rica" ayam yummy~


Dear my blog , harusnya nih diposting sblm lebaran kmren, gegara sibyuk, jadi baru bisa mosting hari ini :3 tp gpp lah :p
Udah lama aku gak nulis-nulis.. hmm… kangen nulis.. kali ini tulisanku berbeda dari biasanya. Kalo biasanya tulisan berat-berat, makalah atau berbau kedokteran atau kesehatan, trus lagu-lagu gitu. Ini aku ingin menulis sebuah resep!! Waw. Seorang Kurnia yang notabene ‘belum bisa’ masak.. hahaha… ‘Belum bisa’ loh yaa.. bukannya ‘gak bisa’.. inget, sekali lagi, ‘Belum bisa’.. hahahahha  sesuatu banget aku mau nulis resep. Yah walaupun ini resepnya bukan asli dari aku, tp emang udah ada dari jaman bahula gitu, tapi aku mau nge-share aja. Kali aja diantara kalian ada yang belum tau. Yawn!! Langsung aja yah, ini aku mau nulis resep RICA-RICA AYAM..Emm.. eh namanya AYAM RICA-RICA..Emm.. eh, gatau pokoknya itu~ masakan asalnya dari Manado, Sulawesi Utara.. nah lho, jauh banget sampe Sulawesi, padahal aku orang jawa tulen.. hahaha… ini aku masak gara-gara kakakku minta disuru buatin tuh masakan.. maklum, mau Lebaran biasanya keluargaku khususnya kakakku minta di masakin ini itu.. Eh, tapi Lebaran taun ini tumben aja dia kepingin Rica-rica Ayam.. Aish, tak perlu banyak cing-cong lagi ah, yang baca kasian udah ngiler kepingin buat masakan ini :p xixi .. yuk~~
Bahan-bahan :
  1. Ayam ras, 1 ekor  (potong-potong)
  2. sereh, 3 batang (digeprek atau memarkan)
  3. jahe, 1 ruas  (dimemarkan)
  4. daun jeruk secukupnyah (untuk aromanya)
  5. 2 sdm air jeruk nipis (diperas dengan tambahkan 1 sdt garam)
  6. minyak goreng secukupnyah
  7. 200ml air atau 1 gelas air putih




Bumbu-bumbu :
  1. cabe merah besar
  2. bawang merah
  3. bawang putih
  4. rawit merah 
  5. tomat
  6. 2 sdt garam
  7. 1 sdt gula
  8. motto, dikit ajah



Cara membuat :
Pertama-tama, cuci bersih daging ayam, trs siram dengan air perasan jeruk nipis dan garam tadi untuk menghilangkan bau amis si ayam. Diamkan selama kurang lebih 10 menit.
Setelah itu, siapkan dan panaskan minyak goreng. Masukan potongan ayam tadi dan goreng sampai setengah matang hingga berwarna kecoklatan. Lalu tiriskan.
Panaskan lagi minyak goreng untuk menumis bumbu-bumbu sampai tercium bau harum mewangi. Tambahkan bersama serai, daun jeruk dan jahe. Tuangkan secara perlahan-lahan.
Masukkan ayam lalu masak sampai potongan-potongan ayam matang dan air menyusut. Angkat, tiriskan. Daaan… Rica-rica ayam siap untuk di santap :D




mantaaaaaaaap (y) silakan mencoba :*

Jumat, 07 Juni 2013

artikel- GUSI UNTUK SENYUM MENAWAN



Senyum yang cerah adalah salah satu asset yang paling mahal. Senyum menjadi salah satu refleksi utama pada diri kita. Senyum menjadikan kita  jauh lebih percaya diri. Dengan senyuman, kita dapat berbicara tentang ketertarikan atau persetujuan terhadap orang lain. Lain halnya jika kita mempunyai senyum yang tidak menarik, akan membuat kita merasa tidak percaya diri di dalam lingkungan sekitar. Karena senyum yang menarik dan menawan itu dapat menarik banyak hati.
Banyak orang setuju bahwa kecantikan paling alami bagi seorang wanita adalah senyumnya yang paling tulus. Yang membuat senyum tampak menarik bukanlah dari bibir saja, melainkan dari gigi dan gusi yang sehat juga. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk merawat kesehatan gigi dan gusi. Agar kita dapat menghasilkan senyum yang menawan.
Meskipun saat tersenyum gusi biasanya tidak tampak, tetapi gusi juga menjadi kunci sukses untuk menampilkan seulas senyum yang manis, sehat, dan menawan. Gusi yang tidak sehat akan memberikan rasa sakit yang dapat mengganggu senyuman. Apabila gusi bermasalah, senyum terlihat merah meradang.
Rutin menyikat gigi dan flossing setiap hari dapat menghasilkan senyum yang menawan. Gigi-gigi yang putih serta nafas yang segar dan tidak bau dianggap menjadi modal senyum yang menawan. Namun seiring berkembangnya pengetahuan, memperhatikan gigi saja tidak cukup karena penting juga melibatkan upaya memelihara kesehatan gusi.
Disamping itu, memelihara kesehatan gusi sebagai bagian dari perawatan kesehatan mulut akan mengurangi resiko tubuh terserang gangguan atau penyakit tertentu. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kesehatan mulut yang terpelihara dengan baik akan menghindarkan tubuh dari berbagai penyakit misalnya jantung koroner dan stroke. Serta dapat mencegah bersarangnya kuman-kuman dalam mulut penyebab infeksi.
Permasalahan pada gusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu higienitas mulut yang buruk, defisiensi zat gizi tertentu, penyakit seperti kencing manis, infeksi virus, dan leukemia, serta terpapar substansi racun, misalnya tembakau, atau bisa disebabkan oleh penggunaan oabat-obatan dalam jangka waktu yang lama yang dapat menyebabkan gingivitis.
Untuk membantu menjaga kesehatan gusi, perlu diperhatikan juga tentang makanan yang kita konsumsi. Selain merugikan kesehatan gigi dan mulut, makanan juga bisa berperan besar dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Vitamin C berperan besar dalam mencegah permasalahan gusi. Vitamin C sebagai bahan untuk membangun jaringan ikat yang kuat agar gigi kokoh tertanam pada rongga alveolarnya. Vitamin C juga meningkatkan fungsi kekebalan sel-sel darah putih. Vitamin B, asam folat, vitamin A, vitamin E, Selenium, Seng, dan flavanoid juga diperlukan untuk kesehatan gusi. Zat gizi ini banyak ditemukan pada makanan sehari-hari, yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan.
Permasalahan pada gusi awalnya belum menyebabkan rasa sakit. Tanda awal masalah gusi mudah dikenali dengan gusi berdarah saat menyikat gigi. Gusi mengalami peradangan, gusi menjadi merah, bengkak, dan mudah berdarah. Tidak heran bila masalah gusi akan menimbulkan manifestasi atau keluhan pada bagian lain tubuh. Kesehatan gusi yang buruk juga ditandai dengan seringnya menderita sariawan.
Gusi yang sehat ditunjukkan oleh warna merah yang cerah. Berbeda dengan bibir, gusi tidak dapat dipoles dengan pewarna untuk menghapus warna  gusi yang tidak sehat dan keadannya kurang baik. Meskipun letaknya tersembunyi, gusi yang sehat akan membantu menampilkan senyum yang merekah, menarik, dan menawan. 

DMF-T dan def-t







Indeks DMF-T (DMF-Teeth) untuk gigi permanen


Decay : Jumlah gigi karies yang tidak ditambal / yang masih dapat ditambal.


Missing : Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut / gigi yang telah hilang karena karies.


Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik.






Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang. DMF-T maksudnya karies dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih dari 1 (misal karies pada gigi molar 1 permanen terdapat karies di oklusal dan di bukal maka karies tetap dihitung ”satu”). Beda dengan indeks karies DMF-S (Surface) maka karies dihitung perpermukaan, jadi pada kasus diatas karies/dcay dihitung ”dua”). Pada indeks DMF-T juga tidak membedakan kedalam karies, misalnya karies superficial, media atau profunda.






Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :


DMF-T = D + M + F


DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F


Jumlah orang yg diperiksa


Kategori DMF-T menurut WHO :


0,0 – 1,1 = sangat rendah


1,2 – 2,6 = rendah


2,7 – 4,4 = sedang


4,5 – 6,5 = tinggi


6,6 > = sangat tinggi








Indeks def-t untuk gigi sulung


Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks def-t digunakan untuk gigi sulung. e disini maksudnya eksfoliasi = jumlah gigi sulung yang hilang karena karies atau harus dicabut karena karies. Namun beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan df-t karena mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah karies tersebut benar-benar hilang karena karies atau bukan. Pada gigi sulung sering kali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau trauma.






Rumus untuk def-t sama dengan yang digunakan pada DMF-T.

Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S)

 Mengukur daerah permukaan gigi yang ditutupi oleh food debris atau kalkulus. Untuk pemeriksaan OHI-S, Greene and Vermillion menetapkan bahwa gigi indeks yang digunakan adalah 4 gigi posterior dan 2 gigi anterior. 6 1 6
6 1 6


Rahang atas yang diperiksa adalah permukaan bukal gigi M1 kanan atas, permukaan labial gigi I1 kanan atas dan permukaan bukal gigi M1 kiri atas. Pemeriksaan dilakukan di permukaan bukal karena saluran muara untu kelenjar saliva yaitu pada glandula parotis terletak di darah bukal.


Rahang bawah yang diperiksa adalah permukaan lingual gigi M1 kiri bawah, permukaan labial gigi I1 kiri bawah dan permukaan lingual gigi M1 kanan bawah. Pemeriksaan pada permukaan lingual karena saluran muara untuk kelenjar saliva yaitu pada glandula sublingualis terletak di darah lingual.


Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau tinggal sisa akar, maka penilaian dapat dilakukan pada gigi pengganti yang dapat mewakili :


. Apabila gigi M1 RA atau RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi M2 Ra atau RB.


. Apabila gigi M1 dan M2 RA dan RB tidaka ada, maka penilaian dilakukan pada gigi M3 RA atau RB.


. Apabila gigi M1, M2 dan M3 RA dan RB tidak ada, maka penilaian tidak dpt dilakukan.


. Apabila gigi I1 kanan RA tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1 kiri RA.


. Apabila gigi I1 kanan dan kiri RA tidak ada, maka tidak dapat dilakukan penilaian.


. Apabila gigi I1 kiri RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan RB.


. Apabila gigi I1 kanan dan kiri RB tidak ada, maka tidak dapat dilakukan penilaian.



OHI-S = Debris Indeks Simplified (DI-S) + Calculus Indeks Simplified (CI-S)

Pemeriksaan DI-S dan CI-S dilakukan dengan memeriksa 6 gigi yang telah dijelaskan di atas. Pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan sonde pada 1/3 insisal atau oklusal gigi dan kemudian digerakkan ke arah 1/3 gingival.

Kriteria penilaian untuk DI-S dan CI-S yaitu :
0 = tidak ada food debris/kalkulus

1 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi


Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dapat dikategorikan sebagai berikut :
0,0 – 1,2 = baik
1,3 – 3,0 = sedang
3,1 – 6,0 = buruk

PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified)


PHP-M
Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified) dari Martin dan Meskin (1972), merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal Hygiene Index (PHP) dari Podshadley dan Haley (1968). Indeks PHP ini untuk menilai debris, sedangkan Indeks PHP-M untuk mengukur plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M menggunakan gigi indeks dan menggunakan agen disklosing. Gigi indeks yang digunakan pada metode PHP-M ini adalah sebagai berikut :
1.            Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kanan atas.
2.            Gigi C| atau c| , bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.
3.            |P1 atau |m1.
4.            Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kiri bawah.
5.            Gigi C kiri bawah atau c kiri bawah , bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.
6.            P1 kanan bawah atau m1 kanan bawah

(Sriyono, 2009)
Cara Penilaian dengan PHP-M:

·                     Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal/incisal ke gingival, garis imajiner ini akan membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari oklusal ke gingival. Masing-masing 1/3 bagian dari panjang garis imajiner tadi, yang akhirnya akan membagi gigi menjadi 5 area (A, B, C, D, dan E). Pengertian area :
A.      Area 1/3 gingival dari area tengah
B.       Area 1/3 tengah dari area tengah
C.       Area 1/3 incisal atau oklusal dari area tengah
D.      Area distal
E.       Area mesial

·                     Apabila terlihat ada plak di salah satu area, maka diberi skor 1 (atau tanda v), jika tidak ada plak bisa diberi skor 0 atau tanda (-).
·                     Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi indeks bisaberkisar antara 0-10.
·                     Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks bisa berkisar antara 0-60.

(Sriyono, 2009)

Daftar Pustaka
Matsson, L., 2001, Periodontal Conditions in Children and Adolescent., Munksgaard, Copenhagen.
Newmann, M.G., Takei, H.H., Klokkevoid P.R., Carranza, F.A., (ed):Clinical Periodontolgy, 10 th ed, Saunders Company, Philadelphia.
Sriyono, Niken Widiyanti., 2009, Ilmu Kedokteran Pencegahan, Medika FK UGM , Yogyakarta.

Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi







Perkembangan gigi melibatkan interaksi resiprokal antara epitel rongga mulut dan sel-sel mesenshim yang berasal dari neural crest cranial. Interaksi tersebut secara progresif berperan untuk transformasi primordial gigi menjadi struktur yang termineralisasi.


Proses perkembangannya meliputi :
(1) pembentukan dental lamina,
(2) histogenesis enamel organ,
(3) morfogenesis mahkota dan
(4) diferensiasi akhir pada odontoblast, ameloblast, sementoblast.





Pada pertumbuhan dan perkembangan gigi terdapat dua bagian yaitu jaringan keras rongga mulut dan jaringan lunak rongga mulut. Jaringan keras rongga mulut terdiri dari enamel, dentin, sementum, dan tulang alveolar. Pada jaringan lunak rongga mulut terdiri dari gingiva, lidah, bibir, palatum lunak. Dan ada pula beberapa bagian yang merupakan jaringan pendukung yang terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulalng alveolar.
Pada perkembangan gingiva terjadi pada akhir pembentukan matrik enamel yaitu ameloblas menghasilkan kutikula enamel primer terjadi erupsi terbentuk sulkus gingiva kemudian terbentuklah gingiva. Pada pembentukan sementum terjadi bila dentin akar mulai terbentuk, epithelial root sheath akan segera dipisahkan dari jaringan ikat sekitarnya dan terpecah oleh karena degenerasi atau proliferasi aktif jaringan ikat. Kemudian sel-sel jaringan ikat periodontal berhubungan dengan permukaan akar akan berdifferensiasi menjadi sementoblas, sementoid, sehingga terbentuklah sementum.


ODONTOGENESIS


Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate.


Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi susu.


TAHAP BUD STAGE, CUP STAGE, DAN BELL STAGE


1. Inisiasi (bud stage)


Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal, merupakan gambaran morfologi pertama dari perkembangan gigi, akan tetapi hal ini didahului suatu gejala dasar induktif. Tanda-tanda pertumbuhan ektomesenchym berasal dari neural crest menunjukkan induksi primer dari odontogenesis. Jaringan odontogenik primer dapat dibedakan dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia sedini pada awal kehamilan 28 hari.
Dental lamina terlihat sebagai suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari stomodeum, dan pada saat membrane oropharyngeal pecah. Penebalan epitel berkembang sampai batas-batas inferior lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior lateral dari lengkung mandibula, dimana kedua hubungan tersebut membentuk tepi lateral dari stomodeum. Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira ‑


Pada usia perkembangan 35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang frontonasal, menimbulkan empat daerah asli yang tepisah dari jarngan odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal dari lamina gigi dalam tulang frontonasal, dan gigi posterior atas berasal dari tulang lateral rahang atas.


2. Tahap Proliferasi ( cap stage )


Proliferasi adalah gejala di mana proyeksi dari lamina gigi meluas sampai ke dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordial dari gigi primer


( organ enamel). Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar ukuranya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir atau vestibula lamina berkembang hampir berdekatan dan bersama-sama lamina gigi. Pita ini mengikuti pola pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan lamina gigi kecuali apabila tempatnya lebih dekat dengan permukaan wajah.


Bentuk yang tidak umum dari lamina ini adalah sesudah pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan lebar, sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu ruangan yang besar dibatasi oleh jaringan epitel. Ruangan ini membentuk vestibula dari mulut dan bibir, dan sisa-sisa jaringan epitel membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada perkembangan dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan keras stomodeum. Jaringan mesoderm mendorong jaringan epitel sehingga terbentuk topi (cap stage / clock form) bila terjadi gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan kelainan dalam jumlah gigi, misalnya anodontia (tidak muncul gigi tetap) dan hyperdontia.


3. Tahap Histodiferensiasi ( bell stage )


Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi (cap stage) ke bentuk lonceng. Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri (miotik) . Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng ini ditandai oleh histodiferensiasi dan morfodiferensiasi.




Yang terlihat pada tahap ini adalah rangkaian perubahan bentuk (metamorfosis) dan organ enamel yang khas untuk gigi susu dan tetap. Ketika berubahnya bentuk kuntum yang dini dengan pembesaran dan pembesaran ke dalam organ pada tahap topi atau cap, yang kemudian menjadi organ bentuk organ yang besar. Peristiwa dasar dari diferensiasi ‑


sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan berlanjut sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenchym dari jaringan pengikat di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi tetap.


Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian dari perubahansel menghasilkan 4 lapisan :


1. Epitel bagian luar dari organ enamel


2. Stellate reticulum


Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi


3. Stratum intermediare


4. Ameloblas.


4. Tahap Morfodiferensiasi


Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari gigi yang akan datang dibentuk pada tahap morfidiferensiasi. Morfodiferensiasi tidak mungkin terjadi tanpa tahap proliferasi. Tahap lonceng yang berlanjut menandai tidak hanya histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting morfodiferensiasi dari korona dengan menggaris luarkan dentino enamel junction yang akan datang.


Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari pembiakan sel. Dalam penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontobla, dan sementoblas mengendapkan enamel, dentin, dan semenetum serta memberi bentuk dan ukuran yang khas pada gigi.


Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian putus sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi ( Saccus dentis ).






sumber : dari berbagai sumber *lupa ._.

Sabtu, 23 Maret 2013

MATERI DASAR TEATER



PENDAHULUAN
1.      ARTI DRAMA
a.       Drama berarti perbuatan, tindakan. Berasal dari bahasa Yunani “draomai" yang berarti berbuat, berlaku, bertindak dan sebagainya.
b.      Drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak
c.       Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama
d.      Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.

Arti pertama dari drama adalah kualitas komunikasi, situasi, action (segala yang terlihat di pentas) yang menimbulkan perhatian, kehebatan (axciting), dan ketegangan pada para pendengar.
Arti kedua, menurut Moulton, drama adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action).
Menurut Ferdinand Brunetierre, drama haruslah melahirkan kehendak dengan action.
Menurut Balthazar Vallhagen, drama adalah kesenian melukiskan sifat manusia dengan gerak.
Arti ketiga drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action dihadapan penonton (audience).

2.      ARTI TEATER
a.       Secara etimologis : Teater adalah gedung pertunjukan atau auditorium.
b.      Dalam arti luas : Teater ialah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak
c.       Dalam arti sempit : Teater adalah drama, kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas dengan media : Percakapan, gerak dan laku didasarkan pada naskah yang tertulis ditunjang oleh dekor, musik, nyanyian, tarian, dsb.

Ada yang mengartikan sebagai “gedung pertunjukan”, ada yang mengartikan sebagai “panggung” (stage). Secara etimologi (asal kata), teater adalah gedung pertunjukan (auditorium).
Dalam arti luas teater adalah kisah hidup dah kehidupan manusia yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya wayang orang, ludruk, lenong, reog, dulmuluk.
Dalam arti sempit teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan dalam pentas, disaksikan oleh orang banyak, dengan media, gerak, percakapan dan laku, dengan atau tanpa dekor (layer); Didasarkan pada naskah yang tertulis (hasil seni sastra) dengan atau tanpa musik.


PERBEDAAN DRAMA DAN TEATER.
Teater dan drama, memiliki arti yang sama, tapi berbeda uangkapannya.Teater berasal dari kata yunanikuno “theatron” yang secara harfiah berarti gedung/tempat pertunjukan. Dengan demikian maka kata teater selalu mengandung arti pertunjukan/tontonan. Drama juga dari kata yunanai ‘dran’ yang berarti berbuat, berlaku atau beracting. Drama cenderung memiliki pengertian ke seni sastra. Didalam seni sastra, drama setaraf dengan jenis puisi, prosa/esai. Drama juga berarti suatu kejadian atau peristiwa tentang manusia. Apalagi peristiwa atau cerita tentang manusia kemudian diangkat kesuatu pentas sebagai suatau bentuk pertunjukan maka menjadi suatu peristiwa Teater. Kesimpulan teater tercipta karena adanya drama.
TEATER SEBAGAI ORGANISASI
Proses Teater merupakan sebuah proses organisasi (bentuk kerja kolektif; di mana segala macam orang dengan segala macam fungsinya tergabung dalam suatu koordinasi yang rapi,dan juga mencakup juga pengertian sampai batas-batas yang sentimentil), seperti hal nya diri manusia itu sendiri, atau layaknya seperti sebuah negara. Keberhasilan suatu pertunjukan teater dapat juga sebagai keberhasilan suatu seni organisasi; baik organisasi penyelenggaraannya (panitia produksi) maupun segi seni-seninya (penyutradaraan, penataan set, permainan, musik dan unsur-unsur lain).

Berikut ini contoh elemen dari sebuah grup teater dalam mengadakan sebuah produksi.

-       Pimpinan Produksi
-       Sekretaris Produksi
-       Keungan Produksi / Bendahara
-       Urusan Dokumentasi
-       Urusan Publikasi    
-       Urusan Pendanaan
-       Urusan Ticketing atau karcis
-       Urusan Kesejahteraan
-       Urusan Perlengkapan
-       Sutradara
-       Art Director / Pimpinan Artistik
-       Stage Manager
-       Property Master
-       Penata Cahaya
-       Penata Kostum
-       Penata setting
-       Perias / Make Uper
-       Penata Cahaya
-       Penata Musik

Setiap elemen memiliki tugas sendiri-sendiri dan sudah seharusnya untuk bertanggungjawab penuh atas tugas itu (secara profesional). Sebagai contoh seorang urusan pendanaan, ia harus memikirkan seberapa besar dana yang dibuhtuhkan? Dari mana dana itu didapatkan. Begitupula seorang Sutradara yang bertanggung jawab atas pola permainan panggung; (akting pemain, cahaya, bunyi-bunyian, set, property dan lain-lain).
Kalau kita memandang elemen dalam grup teater, ada kesamaan dengan elemen dalam tubuh kita sendiri; setiap organ tubuh memiliki fungsi sendiri, tetapi saling berhubungan dan tergabung dalam fungsi yang sempurna. Teater ibarat laboratorium kehidupan itu sendiri, seperti yang diungkapkan Peter Brook “Teater akan menjadi tempat yang indah bagi orang-orang yang mabuk dan kesepian, Teater merupakan sebuah tindak budaya, Teater bukanlah tempat untuk melarikan diri ataupun untuk mencari perlindungan”.


RUMUSAN TEATER
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang diwujutkan dalam suatu karya seni suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan kehidupan manusia.
Dari rumusan diatas dapt ditarik kesimpulan bahwa unsur-unsur teater menurut urutannya adalah sebabagai berikut :
1)      Tubuh, manusia sebagai unsur utama ( pemeran/pelaku/pemain)
2)      Gerak, sebagai unsur penunjang.
3)      Suara, sebagai unsur penunjang ( kata/untuk acuan pemeran)
4)      Bunyi, sebagai unsur penunjang ( bunyi benda,efek dan musik).
5)      Rupa sebagai unsur penunjang ( cahaya, rias dan kostum.).
6)      Lakon sebagai unsur penjalin ( cerita,non cerita,fiksi dan narasi ).

3.      AKTING YANG BAIK
Akting tidak hanya berupa dialog saja, tetapi juga berupa gerak.
Dialog yang baik ialah dialog yang :
a.       terdengar (volume baik)
b.      jelas (artikulasi baik)
c.       dimengerti (lafal benar)
d.      menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)

Gerak yang balk ialah gerak yang :
a.       terlihat (blocking baik)
b.      jelas (tidak ragu-ragu, meyakinkan)
c.       dimengerti (sesuai dengan hukum gerak dalam kehidupan)
d.      menghayati (sesuai dengan tuntutan/jiwa peran yang ditentukan dalam naskah)
Penjelasan :
·         Volume suara yang baik ialah suara yang dapat terdengar sampai jauh
·         Artikulasi yang baik ialah pengucapan yang jelas. Setiap suku kata terucap dengan jelas dan terang meskipun diucapkan dengan cepat sekali. Jangan terjadi kata-kata yang diucapkan menjadi tumpang tindih.
·         Lafal yang benar pengucapan kata yang sesuai dengan hukum pengucapan bahasa yang dipakai .
Misalnya berani yang berarti "tidak takut" harus diucapkan berani bukan ber-ani.
·         Menghayati atau menjiwai berarti tekanan atau lagu ucapan harus dapat menimbulkan kesan yang sesuai dengan tuntutan peran dalam naskah
·         Blocking ialah penempatan pemain di panggung, diusahakan antara pemain yang satu dengan yang lainnya tidak saling menutupi sehingga penonton tidak dapat melihat pemain yang ditutupi.
Pemain lebih baik terlihat sebagian besar bagian depan tubuh daripada terlihat sebagian besar belakang tubuh. Hal ini dapat diatur dengan patokan sebagai berikut :
ü  Kalau berdiri menghadap ke kanan, maka kaki kanan sebaiknya berada didepan.
ü  Kalau berdiri menghadap ke kiri, maka kaki kiri sebaiknya berada didepan.

Harus diatur pula balance para pemain di panggung. Jangan sampai seluruh pemain mengelompok di satu tempat.
Komposisi diatur tidak hanya bertujuan untuk enak dilihat tetapi juga untuk mewarnai sesuai adegan yang berlangsung.
a)      Jelas, tidak ragu-ragu, meyakinkan, mempunyai pengertian bahwa gerak yang dilakukan jangan setengah-setengah bahkan jangan sampai berlebihan. Kalau ragu-ragu terkesan kaku sedangkan kalau berlebihan terkesan over acting
b)      Dimengerti, berarti apa yang kita wujudkan dalam bentuk gerak tidak menyimpang dari hukum gerak dalam kehidupan. Misalnya bila mengangkat barang yang berat dengan tangan kanan, maka tubuh kita akan miring ke kiri, dsb.
c)      Menghayati berarti gerak-gerak anggota tubuh maupun gerak wajah harus sesuai tuntutan peran dalam naskah, termasuk pula bentuk dan usia.

BAB I
MEDITASI dan KONSENTRASI

1.      MEDITASI
Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan memustkan pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1)      Memusatkan pikiran.
Kita mencoba memustkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala sesuatu yang ada
dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan ikatan serta hanya tertuju dengan apa yang akan dimasukkan dalam pemikiran kita.
2)      Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam "semu", karena segala sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita kerjakan dalam kehidupan sehari hari. Jadi setiap gerak kita akan berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita sehari-hari ke alam latihan.

Cara meditasi :
1)      Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara ini dimaksudkan untuk member bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah dalam.
2)      Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk dan keluar dalam tubuh kita.
3)      Pusatkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada disekeliling kita dengan segala
perasaan. Kita akan merasakan suasana yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih, seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran.
Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.

2.      KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti "pemusatan". Dalam teater kita mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang kita kerjakan.

Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah, nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan sekali-kali memikirkan yang lain.


BAB II
VOKAL dan PERNAPASAN

1.      PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum, baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
1)      Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dadasehingga dada kita membusung. Di kalangan orang-orang teater pernapasan dada biasanya tidak dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena bahu menjadi kaku.
2)      Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung. Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dada.
3)      Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk menyimpan udara,
sehingga udara yang kita serap sangat banyak (maksimum). Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
4)      Pernapasan diafragma
Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah atas pinggul kita juga turut mengembang. Menurut perkembangan akhir-akhir ini, banyak orang-orang teater yang mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.

2.      VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai dasar vokal yang baik pula. "Baik” di sini diartikan sebagai :
a)    Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
b)   Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
c)    Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
d)   Tidak monoton.

Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan-latihan tadi, janganlah takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan. Sebabnya adalah karena lendir-lendir di tenggorokan terkikis, bila kita bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat, janganlah terlalu memaksa alat-alat suara untuk bersuara keras, sebab apabila dipaksakan akan dapat merusak alat-alat suara kita. Berlatihlah dalam batas-batas yang wajar.

3.      ARTIKULASI
Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata-kata yang diucapkan. Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
-            Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.
-            Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi, melainkan terjadi sewaktu-waktu. Hal ini sering terjadi pada salah pengucapan naskah/dialog.
-            Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.
-            Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan kata/dialog terlalu cepat, seolah-olah kata demi kata berdempetan tanpa adanya jarak sama sekali.

4.      GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja fungsinya yang berbeda. Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu kata dengan satu kalimat kadang-kadang memiliki arti yang sama. Misalnya kata "Pergi !!!!” dengan kalimat "Angkat kaki dari sini !!!". Juga dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk "Lalu ?” , "Kenapa ?” atau "Tidak !" dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.

5.      INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud intonasi di sini adalah tekanan-tekanan yang diberikan pada kata, bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam, yaitu :
v  Tekanan Dinamik (keras-lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan-penekanan pada setiap kata yang memerlukan penekanan.
v  Tekanan.Nada (tinggi) Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah-ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang tinggi rendahnya suatu kata.
v  Tekanan Tempo
v  Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan.

6.      WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki-laki dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya. Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus memperhatikan juga warna suara.


BAB III
GERAK

1.      OLAH TUBUH
Olah tubuh (bisa juga dikatakan senam), sangat perlu dilakukan sebelum kita mengadakan latihan atau pementasan. Dengan berolah tubuh kita akan, mendapat keadaaan atau kondisi tubuh yang maksimal. Selain itu olah tubuh juga mempunyai tujuan melatih atau melemaskan otot-otot kita supaya elastis, lentur, luwes dan supaya tidak ada bagian-bagian tubuh kita yang kaku selama latihan-latihan nanti.

Macam-Macam Gerak :
Dalam latihan dasar teater, kita juga harus mengenal dengan baik bermacam-macam gerak Latihan-latihan mengenai gerak ini harus diperhatikan secara khusus oleh seseorang yang berkecimpung dalam bidang teater. 

Pada dasarnya gerak dapat dibagi menjadi dua, yaitu
1)      Gerak teaterikal
Gerak teaterikal adalah gerak yang dipakai dalam teater, yaitu gerak yang lahir dari keinginan bergerak yang sesuai dengan apa yang dituntut dalam naskah. Jadi gerak teaterikal hanya tercipta pada waktu memainkan naskah drama.
2)      Gerak non teaterikal
Gerak non teaterikal adalah gerak kita dalam kehidupan sehari-hari. Gerak yang dipakai dalam teater (gerak teaterikal) ada bermacam-macam, secara garis besar dapat kita bagi menjadi dua, yaitu gerak halus dan gerak kasar.
v  Gerak Halus
Gerak halus adalah gerak pada raut muka kita atau perubahan mimik, atau yanq lebih dikenal lagi dengan ekspresi. Gerak ini timbul karena pengaruh dari dalam/emosi, misalnya marah, sedih, gembira, dsb.
v  Gerak Kasar
Gerak kasar adalah gerak dari seluruh/sebagian anggota tubuh kita. Gerak ini timbul karena adanya pengaruh baik dari luar maupun dari dalam. Gerak kasar masih dapat dibagi menjadi empat bagian. yaitu :
a.      Business, adalah gerak-gerak kecil yang kita lakukan tanpa penuh kesadaran. Gerak ini kita lakukan secara spontan, tanpa terpikirkan (refleks).
b.      Gestures, adalah gerak-gerak besar yang kita lakukan. Gerak ini adalah gerak yang kita lakukan secara sadar.
c.       Movement, adalah gerak perpindahan tubuh dari tempat yang satu ke tempat yang lain.
d.      Guide, adalah cara berjalan. Dalam latihan gerak, kita mengenal latihan “gerak-gerak dasar”. Gerak-gerak dasar ini kita bagi menjadi tiga bagian, yaitu :
·         Gerak dasar bawah : posisinya dalam keadaan duduk bersila. Di sini kita hanya boleh bergerak sebebasnya mulai dari tempat kita berpijak sampai pada batas kepala kita.
·         Gerak dasar tengah : posisi kita saat ini dalam keadaan setengah berdiri. Di sini kita diperbolehkan bergerak mulai dari bawah sampai diatas kepala.
·         Gerak dasar atas : di sini kita boleh bergerak sebebas-bebasnya tanpa ada batas.

Dalam melakukan gerak-gerak dasar diatas kita dituntut untuk berimprovisasi / menciptakan gerak-gerak yang bebas, indah dan artistik.


BAB IV
KARAKTERISASI

Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan
demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh
saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Demikianlah, kita menyadari bahwa untuk memerankan suatu tokoh, kita tidak hanya memerankan jabatannya, tetapi juga wataknya.
Untuk memperdalam karakteristik peraga dalam sebuah naskah, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi. Untuk itu marilah kita kenali satu persatu.

OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb.

ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.

IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.

EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat.

PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
-       Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
-       Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.


BAB VI
BLOCKING

Yang dimaksud dengan blocking adalah kedudukan tubuh pada saat diatas pentas. Dalam permainan drama, blocking yang baik sangat diperlukan, oleh karena itu pada waktu bermain kita harus selalu mengontrol tubuh kita agar tidak merusak blocking. Yang dimaksud dengan blocking yang baik adalah blocking tersebut harus seimbang, utuh, bervariasi dan memiliki titik pusat perhatian serta wajar.
1.      Seimbang, kedudukan pemain, termasuk juga benda-benda yang ada diatas panggung (setting) tidak mengelompok di satu tempat, sehingga mengakibatkan adanya kesan berat sebelah. Jadi semua bagian panggung harus terwakili oleh pemain atau benda-benda yang ada di panggung.
2.      Utuh, blocking yang ditampilkan hendaknya merupakan suatu kesatuan. Semua penempatan dan gerak yang harus dilakukan harus saling menunjang dan tidak saling menutupi.
3.      Bervariasi, kedudukan pemain tidak disuatu tempat saja, melainkan membentuk komposisi-komposisi baru sehingga penonton tidak jenuh. Keadaan seorang pemain jangan sama dengan kedudukan pemain lainnya.
4.      Memiliki titik pusat, artinya setiap penampilan harus memiliki titik pusat perhatian. Hal ini penting artinya untuk memperkuat peranan lakon dan mempermudah penonton untuk melihat dimana sebenarnya titik pusat dari adegan yang sedang berlangsung.
5.      Wajar, setiap penempatan pemain ataupun benda-benda haruslah tampak wajar, tidak dibuat-buat.

Dalam drama kontemporer kadang-kadang naskah tidak menuntut blocking yang sempurna, bahkan kadang-kadang juga sutradara atau naskah itu sendiri sama sekali meninggalkan prinsip-prinsip blocking. Ada juga naskah yang menuntut adanya gerak-gerak yang seragam diantara para pemainnya.



BAB VII
NASKAH

Naskah disini diartikan sebagai bentuk tertulis dari suatu drama. Sebuah naskah walaupun telah dimainkan berkali-kali, dalam bentuk yang berbeda-beda, naskah tersebut tidak akan berubah mutunya. Sebaliknya sebuah atau beberapa drama yang dipentaskan berdasarkan naskah yang sama dapat berbeda mutunya. Hal ini tergantung pada penggarapan dan situasi, kondisi, serta tempat dimana dimainkan naskah tersebut.

Sebuah naskah yang baik harus memiliki tema, pemain / lakon dan plot atau rangka cerita.
a.       Tema
Tema adalah rumusan inti sari cerita yang dipergunakan dalam menentukan arah dan tujuan cerita. Dari tema inilah kemudian ditentukan lakon-lakonnya.
b.      Lakon
Dalam cerita drama lakon merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita. Oleh karena itu seorang lakon haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik. Disamping itu dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang lakon. Biasanya ada 3 dimensi yang ditentukan yaitu :
o   Dimensi fisiologi ; ciri-ciri badani. Usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, cirri-ciri muka,dll.
o   Dimensi sosiologi ; latar belakang kemasyarakatan status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dll.
o   Dimensi psikologis ; latar belakang kejiwaan. Temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dll.
c.       Plot
Plot adalah alur atau kerangka cerita. Plot adalah suatu keseluruhan peristiwa didalam naskah.
Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
1)      Pemaparan (eksposisi)
Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita.
2)      Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para lakon harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.
3)      Komplikasi awal atau konflik awal
Kalau pada bagian pertama tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
4)      Klimaks dan krisis
Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.
5)      Penyelesaian (denouement)
Drama terdiri dari sekian adegan, dimana didalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar dibagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.


DRAMA DAN JENISNYA
Drama berasal dari bahasa latin yang berarti aksi atau perbuatan. Drama merupakan pertunjukaan yang diambil dari suatu karangan dan dituangkan dalam tingkah laku, ekspersi wajah serta perbuatan. Di dalam masyarakat drama disebut juga sandiwara , pelaku drama disebut actor.

Drama diklasifikasikan berdasarkan masa terjadinya menjadi beberapa jenis yaitu :
1.      Drama Modern → Drama yang dimainkan pada zaman modern dan bertujuan untuk memberikan pendidikan pada masyarakat serta biasanya bertema tentang kehidupan dan filsafat sehari – hari.
2.      Drama Klasik → Drama ini terjadi dan dimainkan pada masa lampau, yang isinya menceritakan tentang khayalan, kesaktian tokoh, kerajaan, kehidupan para Dewa dan lain sebagainya.

Sedangkan menurut isi ceritanya drama dibedakan menjadi :
1.      Drama Tragedi → Drama yang menceritakan tragedi atau peristiwa memilukan dan menyedihkan sepanjang jalan ceritanya.
2.      Drama Komedi → Drama yang berisi cerita lucu dan lawakan, sehingga membuat penontonnya tertawa.
3.      Drama Tragedi Komedi → Drama yang merupakan perpaduan cerita antara drama tragedy dan drama komedi, didalamnya terdapat cerita sedih dan dibumbui dengan hal – hal yang membuat penontonnya tertawa.
4.      Opera → Drama musical / opera merupakan drama yang menceritakan suatu jalan cerita dengan didampingi pertunjukkan musik.
5.      Operet → Operet merupakan drama opera yang memiliki jalan cerita lebih singkat.
6.      Pantomim → Drama tanpa dialog yang ditampilkan dengan menterjemahkan gerakan dan bahasa tubuh.
7.      Passie → Drama yang didalamnya mengandung unsur – unsur pesan Agama tertentu.
8.      Pewayangan → Drama yang ditampilkan dengan menggunakan media benda berupa boneka ataupun wayang.

Brata. 2008. Pelatihan Dasar Teater, (Online), (http://mbahbrata.wordpress.com//pelatihan-dasarteater/),
Gabriela. 2008. Drama dan Teater: Metode Latihan Teater, (Online),
(http://vigneteoridrama.multiply.com/journal/item/6?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem)