Jumat, 07 Juni 2013

artikel- GUSI UNTUK SENYUM MENAWAN



Senyum yang cerah adalah salah satu asset yang paling mahal. Senyum menjadi salah satu refleksi utama pada diri kita. Senyum menjadikan kita  jauh lebih percaya diri. Dengan senyuman, kita dapat berbicara tentang ketertarikan atau persetujuan terhadap orang lain. Lain halnya jika kita mempunyai senyum yang tidak menarik, akan membuat kita merasa tidak percaya diri di dalam lingkungan sekitar. Karena senyum yang menarik dan menawan itu dapat menarik banyak hati.
Banyak orang setuju bahwa kecantikan paling alami bagi seorang wanita adalah senyumnya yang paling tulus. Yang membuat senyum tampak menarik bukanlah dari bibir saja, melainkan dari gigi dan gusi yang sehat juga. Maka dari itu, sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk merawat kesehatan gigi dan gusi. Agar kita dapat menghasilkan senyum yang menawan.
Meskipun saat tersenyum gusi biasanya tidak tampak, tetapi gusi juga menjadi kunci sukses untuk menampilkan seulas senyum yang manis, sehat, dan menawan. Gusi yang tidak sehat akan memberikan rasa sakit yang dapat mengganggu senyuman. Apabila gusi bermasalah, senyum terlihat merah meradang.
Rutin menyikat gigi dan flossing setiap hari dapat menghasilkan senyum yang menawan. Gigi-gigi yang putih serta nafas yang segar dan tidak bau dianggap menjadi modal senyum yang menawan. Namun seiring berkembangnya pengetahuan, memperhatikan gigi saja tidak cukup karena penting juga melibatkan upaya memelihara kesehatan gusi.
Disamping itu, memelihara kesehatan gusi sebagai bagian dari perawatan kesehatan mulut akan mengurangi resiko tubuh terserang gangguan atau penyakit tertentu. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa kesehatan mulut yang terpelihara dengan baik akan menghindarkan tubuh dari berbagai penyakit misalnya jantung koroner dan stroke. Serta dapat mencegah bersarangnya kuman-kuman dalam mulut penyebab infeksi.
Permasalahan pada gusi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu higienitas mulut yang buruk, defisiensi zat gizi tertentu, penyakit seperti kencing manis, infeksi virus, dan leukemia, serta terpapar substansi racun, misalnya tembakau, atau bisa disebabkan oleh penggunaan oabat-obatan dalam jangka waktu yang lama yang dapat menyebabkan gingivitis.
Untuk membantu menjaga kesehatan gusi, perlu diperhatikan juga tentang makanan yang kita konsumsi. Selain merugikan kesehatan gigi dan mulut, makanan juga bisa berperan besar dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Vitamin C berperan besar dalam mencegah permasalahan gusi. Vitamin C sebagai bahan untuk membangun jaringan ikat yang kuat agar gigi kokoh tertanam pada rongga alveolarnya. Vitamin C juga meningkatkan fungsi kekebalan sel-sel darah putih. Vitamin B, asam folat, vitamin A, vitamin E, Selenium, Seng, dan flavanoid juga diperlukan untuk kesehatan gusi. Zat gizi ini banyak ditemukan pada makanan sehari-hari, yaitu sayur-sayuran dan buah-buahan.
Permasalahan pada gusi awalnya belum menyebabkan rasa sakit. Tanda awal masalah gusi mudah dikenali dengan gusi berdarah saat menyikat gigi. Gusi mengalami peradangan, gusi menjadi merah, bengkak, dan mudah berdarah. Tidak heran bila masalah gusi akan menimbulkan manifestasi atau keluhan pada bagian lain tubuh. Kesehatan gusi yang buruk juga ditandai dengan seringnya menderita sariawan.
Gusi yang sehat ditunjukkan oleh warna merah yang cerah. Berbeda dengan bibir, gusi tidak dapat dipoles dengan pewarna untuk menghapus warna  gusi yang tidak sehat dan keadannya kurang baik. Meskipun letaknya tersembunyi, gusi yang sehat akan membantu menampilkan senyum yang merekah, menarik, dan menawan. 

DMF-T dan def-t







Indeks DMF-T (DMF-Teeth) untuk gigi permanen


Decay : Jumlah gigi karies yang tidak ditambal / yang masih dapat ditambal.


Missing : Jumlah gigi yang indikasi untuk dicabut / gigi yang telah hilang karena karies.


Filling : Jumlah gigi yang telah ditambal dan masih baik.






Angka DMF-T menggambarkan banyaknya karies yang diderita seseorang. DMF-T maksudnya karies dihitung per gigi, artinya gigi yang memiliki karies lebih dari 1 (misal karies pada gigi molar 1 permanen terdapat karies di oklusal dan di bukal maka karies tetap dihitung ”satu”). Beda dengan indeks karies DMF-S (Surface) maka karies dihitung perpermukaan, jadi pada kasus diatas karies/dcay dihitung ”dua”). Pada indeks DMF-T juga tidak membedakan kedalam karies, misalnya karies superficial, media atau profunda.






Rumus yang digunakan untuk menghitung DMF-T :


DMF-T = D + M + F


DMF-T rata-rata = Jumlah D + M + F


Jumlah orang yg diperiksa


Kategori DMF-T menurut WHO :


0,0 – 1,1 = sangat rendah


1,2 – 2,6 = rendah


2,7 – 4,4 = sedang


4,5 – 6,5 = tinggi


6,6 > = sangat tinggi








Indeks def-t untuk gigi sulung


Indeks ini sama dengan DMF-T hanya saja indeks def-t digunakan untuk gigi sulung. e disini maksudnya eksfoliasi = jumlah gigi sulung yang hilang karena karies atau harus dicabut karena karies. Namun beberapa penelitian eksofoliasi tidak digunakan df-t karena mencegah kemungkinan terjadinya kesalahan, sebab apakah karies tersebut benar-benar hilang karena karies atau bukan. Pada gigi sulung sering kali gigi hilang karena faktor resobsi fisiologis atau trauma.






Rumus untuk def-t sama dengan yang digunakan pada DMF-T.

Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S)

 Mengukur daerah permukaan gigi yang ditutupi oleh food debris atau kalkulus. Untuk pemeriksaan OHI-S, Greene and Vermillion menetapkan bahwa gigi indeks yang digunakan adalah 4 gigi posterior dan 2 gigi anterior. 6 1 6
6 1 6


Rahang atas yang diperiksa adalah permukaan bukal gigi M1 kanan atas, permukaan labial gigi I1 kanan atas dan permukaan bukal gigi M1 kiri atas. Pemeriksaan dilakukan di permukaan bukal karena saluran muara untu kelenjar saliva yaitu pada glandula parotis terletak di darah bukal.


Rahang bawah yang diperiksa adalah permukaan lingual gigi M1 kiri bawah, permukaan labial gigi I1 kiri bawah dan permukaan lingual gigi M1 kanan bawah. Pemeriksaan pada permukaan lingual karena saluran muara untuk kelenjar saliva yaitu pada glandula sublingualis terletak di darah lingual.


Apabila salah satu gigi indeks telah hilang atau tinggal sisa akar, maka penilaian dapat dilakukan pada gigi pengganti yang dapat mewakili :


. Apabila gigi M1 RA atau RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi M2 Ra atau RB.


. Apabila gigi M1 dan M2 RA dan RB tidaka ada, maka penilaian dilakukan pada gigi M3 RA atau RB.


. Apabila gigi M1, M2 dan M3 RA dan RB tidak ada, maka penilaian tidak dpt dilakukan.


. Apabila gigi I1 kanan RA tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1 kiri RA.


. Apabila gigi I1 kanan dan kiri RA tidak ada, maka tidak dapat dilakukan penilaian.


. Apabila gigi I1 kiri RB tidak ada, maka penilaian dilakukan pada gigi I1 kanan RB.


. Apabila gigi I1 kanan dan kiri RB tidak ada, maka tidak dapat dilakukan penilaian.



OHI-S = Debris Indeks Simplified (DI-S) + Calculus Indeks Simplified (CI-S)

Pemeriksaan DI-S dan CI-S dilakukan dengan memeriksa 6 gigi yang telah dijelaskan di atas. Pemeriksaan dilakukan dengan menempatkan sonde pada 1/3 insisal atau oklusal gigi dan kemudian digerakkan ke arah 1/3 gingival.

Kriteria penilaian untuk DI-S dan CI-S yaitu :
0 = tidak ada food debris/kalkulus

1 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan gigi.

2 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi lebih dari 1/3 permukaan gigi, tetapi tidak lebih dari 2/3 permukaan gigi.

3 = food debris lunak/kalkulus yang menutupi lebih dari 2/3 permukaan gigi


Tingkat kebersihan mulut secara klinis pada OHI-S dapat dikategorikan sebagai berikut :
0,0 – 1,2 = baik
1,3 – 3,0 = sedang
3,1 – 6,0 = buruk

PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified)


PHP-M
Indeks kebersihan mulut PHP-M (Personal Hygiene Performance-Modified) dari Martin dan Meskin (1972), merupakan indeks yang telah dimodifikasi dari Personal Hygiene Index (PHP) dari Podshadley dan Haley (1968). Indeks PHP ini untuk menilai debris, sedangkan Indeks PHP-M untuk mengukur plak secara obyektif. Pemeriksaan PHP-M menggunakan gigi indeks dan menggunakan agen disklosing. Gigi indeks yang digunakan pada metode PHP-M ini adalah sebagai berikut :
1.            Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kanan atas.
2.            Gigi C| atau c| , bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.
3.            |P1 atau |m1.
4.            Gigi paling belakang tumbuh di kwadran kiri bawah.
5.            Gigi C kiri bawah atau c kiri bawah , bila gigi ini tidak ada, dipakai gigi anterior lainnya.
6.            P1 kanan bawah atau m1 kanan bawah

(Sriyono, 2009)
Cara Penilaian dengan PHP-M:

·                     Buat 2 garis imajiner pada gigi dari oklusal/incisal ke gingival, garis imajiner ini akan membagi gigi menjadi 3 bagian yang sama dari oklusal ke gingival. Masing-masing 1/3 bagian dari panjang garis imajiner tadi, yang akhirnya akan membagi gigi menjadi 5 area (A, B, C, D, dan E). Pengertian area :
A.      Area 1/3 gingival dari area tengah
B.       Area 1/3 tengah dari area tengah
C.       Area 1/3 incisal atau oklusal dari area tengah
D.      Area distal
E.       Area mesial

·                     Apabila terlihat ada plak di salah satu area, maka diberi skor 1 (atau tanda v), jika tidak ada plak bisa diberi skor 0 atau tanda (-).
·                     Hasil penilaian plak yaitu dengan menjumlahkan setiap skor plak pada setiap permukaan gigi, sehingga skor plak untuk setiap gigi indeks bisaberkisar antara 0-10.
·                     Dengan demikian, skor plak untuk semua gigi indeks bisa berkisar antara 0-60.

(Sriyono, 2009)

Daftar Pustaka
Matsson, L., 2001, Periodontal Conditions in Children and Adolescent., Munksgaard, Copenhagen.
Newmann, M.G., Takei, H.H., Klokkevoid P.R., Carranza, F.A., (ed):Clinical Periodontolgy, 10 th ed, Saunders Company, Philadelphia.
Sriyono, Niken Widiyanti., 2009, Ilmu Kedokteran Pencegahan, Medika FK UGM , Yogyakarta.

Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi







Perkembangan gigi melibatkan interaksi resiprokal antara epitel rongga mulut dan sel-sel mesenshim yang berasal dari neural crest cranial. Interaksi tersebut secara progresif berperan untuk transformasi primordial gigi menjadi struktur yang termineralisasi.


Proses perkembangannya meliputi :
(1) pembentukan dental lamina,
(2) histogenesis enamel organ,
(3) morfogenesis mahkota dan
(4) diferensiasi akhir pada odontoblast, ameloblast, sementoblast.





Pada pertumbuhan dan perkembangan gigi terdapat dua bagian yaitu jaringan keras rongga mulut dan jaringan lunak rongga mulut. Jaringan keras rongga mulut terdiri dari enamel, dentin, sementum, dan tulang alveolar. Pada jaringan lunak rongga mulut terdiri dari gingiva, lidah, bibir, palatum lunak. Dan ada pula beberapa bagian yang merupakan jaringan pendukung yang terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulalng alveolar.
Pada perkembangan gingiva terjadi pada akhir pembentukan matrik enamel yaitu ameloblas menghasilkan kutikula enamel primer terjadi erupsi terbentuk sulkus gingiva kemudian terbentuklah gingiva. Pada pembentukan sementum terjadi bila dentin akar mulai terbentuk, epithelial root sheath akan segera dipisahkan dari jaringan ikat sekitarnya dan terpecah oleh karena degenerasi atau proliferasi aktif jaringan ikat. Kemudian sel-sel jaringan ikat periodontal berhubungan dengan permukaan akar akan berdifferensiasi menjadi sementoblas, sementoid, sehingga terbentuklah sementum.


ODONTOGENESIS


Odontogenesis adalah proses terbentuknya jaringan gigi. Proses ini tidak terjadi pada yang bersamaan untuk semua gigi. Gigi dibentuk dari lapisan ektoderm, yaitu lapisan dari jaringan ektomesenkim. Ektomesenkim ini dibentuk dari neural crest cells. Sel ini terdapat di sepanjang sisi lateral dari neural plate.


Perkembangan gigi dimulai dengan pembentukan “ primary dental lamina” yang menebal dan meluas sepanjang daerah yang akan menjadi tepi oklusal dari mandibula dan maksila dimana gigi akan erupsi. Dental lamina ini tumbuh dari permukaan ke mesenchyme di bawahnya. Bersamaan dengan perkembangan dari primary dental lamina, pada 10 tempat di dalam maxillary arch dan mandibular arch, beberapa sel dari dental lamina memperbanyak diri pada laju yang lebih cepat daripada yang lain, sehingga terbentuklah 10 tonjolan kecil dari sel-sel epithel terbentuk pada dental lamina dalam setiap rahang, yang merupakan calon benih gigi susu.


TAHAP BUD STAGE, CUP STAGE, DAN BELL STAGE


1. Inisiasi (bud stage)


Tahap inisiasi merupakan penebalan jaringan ektodermal, merupakan gambaran morfologi pertama dari perkembangan gigi, akan tetapi hal ini didahului suatu gejala dasar induktif. Tanda-tanda pertumbuhan ektomesenchym berasal dari neural crest menunjukkan induksi primer dari odontogenesis. Jaringan odontogenik primer dapat dibedakan dan dikenali sebagai lamina gigi pada embrio manusia sedini pada awal kehamilan 28 hari.
Dental lamina terlihat sebagai suatu penebalan jaringan epitel pada tepi lateral dari stomodeum, dan pada saat membrane oropharyngeal pecah. Penebalan epitel berkembang sampai batas-batas inferior lateral dari tulang maksila dan pada batas-batas superior lateral dari lengkung mandibula, dimana kedua hubungan tersebut membentuk tepi lateral dari stomodeum. Permulaan epitel odontogenik timbul kira-kira ‑


Pada usia perkembangan 35 hari, pada batas inferior lateral dari tulang frontonasal, menimbulkan empat daerah asli yang tepisah dari jarngan odontogenik gigi geligi rahang atas. Gigi anterior atas berasal dari lamina gigi dalam tulang frontonasal, dan gigi posterior atas berasal dari tulang lateral rahang atas.


2. Tahap Proliferasi ( cap stage )


Proliferasi adalah gejala di mana proyeksi dari lamina gigi meluas sampai ke dasar mesenkim pada tempat yang khusus dan membentuk primordial dari gigi primer


( organ enamel). Sewaktu sel-sel membiak organ gigi bertambah besar ukuranya. Lembaran epitel yang lain, pita alur bibir atau vestibula lamina berkembang hampir berdekatan dan bersama-sama lamina gigi. Pita ini mengikuti pola pertumbuhan yang sama dengan pertumbuhan lamina gigi kecuali apabila tempatnya lebih dekat dengan permukaan wajah.


Bentuk yang tidak umum dari lamina ini adalah sesudah pembentukan dari sebuah pita epitel yang padat dan lebar, sel-sel inti pecah dan meninggalkan suatu ruangan yang besar dibatasi oleh jaringan epitel. Ruangan ini membentuk vestibula dari mulut dan bibir, dan sisa-sisa jaringan epitel membentuk garis bibir, pipi dan gusi. Pada perkembangan dari vestibula, lamina memisahkan pipi dan bibir dari jaringan keras stomodeum. Jaringan mesoderm mendorong jaringan epitel sehingga terbentuk topi (cap stage / clock form) bila terjadi gangguan pada tahap proliferasi akan mengakibatkan kelainan dalam jumlah gigi, misalnya anodontia (tidak muncul gigi tetap) dan hyperdontia.


3. Tahap Histodiferensiasi ( bell stage )


Perubahan bentuk organ gigi dari bentuk topi (cap stage) ke bentuk lonceng. Terjadi karena kegiatan inti sel membelah diri (miotik) . Proliferasi dari sel-sel sekitar perifer dan pada bagian dalam dari cekungan organ enamel. Tahap lonceng ini ditandai oleh histodiferensiasi dan morfodiferensiasi.




Yang terlihat pada tahap ini adalah rangkaian perubahan bentuk (metamorfosis) dan organ enamel yang khas untuk gigi susu dan tetap. Ketika berubahnya bentuk kuntum yang dini dengan pembesaran dan pembesaran ke dalam organ pada tahap topi atau cap, yang kemudian menjadi organ bentuk organ yang besar. Peristiwa dasar dari diferensiasi ‑


sel, proliferasi, pergeseran dan pematangan akan berlanjut sebagai dental organ melalui tahap lonceng dan aposisi. Selama tahap lonceng, lamina gigi kehilangan kelanjutannya oleh invasi mesenchym dari jaringan pengikat di sekitarnya. Tetapi lamina gigi berproliferasi terus secara teratur pada ujung distalnya untuk membentuk primordial dari gigi tetap.


Jaringan epitel merangsang jaringan mesoderm dan jaringan mesoderm mendorong lagi jaringan epitel selama perkembangan dari organ enamel, sebuah rangkaian dari perubahansel menghasilkan 4 lapisan :


1. Epitel bagian luar dari organ enamel


2. Stellate reticulum


Epitel bagian dalam dan organ enamel pecah menjadi


3. Stratum intermediare


4. Ameloblas.


4. Tahap Morfodiferensiasi


Pola morfologi atau bentuk dasar dan ukuran relatif dari gigi yang akan datang dibentuk pada tahap morfidiferensiasi. Morfodiferensiasi tidak mungkin terjadi tanpa tahap proliferasi. Tahap lonceng yang berlanjut menandai tidak hanya histodiferensiasi yang aktif tetapi juga suatu tahap penting morfodiferensiasi dari korona dengan menggaris luarkan dentino enamel junction yang akan datang.


Hubungan dentino-enamel dan dentino-semental berbeda dan mempunyai sifat khas pada setiap gigi, sebagai suatu pola tertentu dari pembiakan sel. Dalam penyesuaian dengan pola ini ameloblas, odontobla, dan sementoblas mengendapkan enamel, dentin, dan semenetum serta memberi bentuk dan ukuran yang khas pada gigi.


Di ujung dari lamina dentis kemudian dibentuk lagi tonjolan kedua (lamina dentis) yang nanti akan menjadi gigi tetap. Tangkai gigi kemudian putus sekitar pembentukan gigi ini. Jaringan mesodermal menjadi tebal membentuk suatu kantong yang disebut kantong gigi ( Saccus dentis ).






sumber : dari berbagai sumber *lupa ._.